Sebuah risalah tentang cerpen Pengumuman Kesepian di Koran

Kegelisahan subjektif tentang hidup yang seperti tai anjing ini tak dijalin dengan subtil.

“Kemana kau bakal mengajakku kalau aku datang ke kotamu?” setelah jeda yang hampir merentang sepertanak nasi, kau akhirnya memotong sepi...

Ia merekam momen, dalam format masa depan, sebagai kenang-kenangan cum peringatan bagi pembacanya di masa kini.

Tapi hidup, sebagaimana adanya dicatat Chairil, hanyalah rentetan kekalahan yang ditunda-tunda sebelum pada akhirnya kita menyerah.

Aku menulis untuk memberitahumu, untuk mengatakan apa yang tak sempat terucap jika segala sesuatunya masih.