top of page

Puisi Menunggu Maut atau Semacamnya


Arnold Böcklin, The Isle of the Dead (1883).

: kepada Izrail


Sejak kadung percaya kepada dongeng purba

tentang tangan yang kelak menautku menuju tiada

aku selalu bersetia menanti

dan bertanya akan kapan kau tiba


Aku terbayang suatu hari di mana kau kusambut

dengan peluk yang mesra sekali

seakan seluruh rindu meluruh di sana

(dan perlahan beberapa titik airmata gugur juga)


Mau kau apakan aku setelahnya

tak peduli, terserah. Sudah sesak cinta

yang dulu-dulu kusembunyikan

bahkan darimu sendiri


Jangan beri aku teka-teki ini

sebuah penantian

yang seolah asing dan tak berkesudahan


Tapi kau tak pernah hirau

meski kita telah bersumpah

akan mengitari langit sebelum mengantarku

kepada hidup yang abadi


Kita memang berjumpa sesekali

di sebuah rumahsakit, pada suatu puisi, atau sepi yang lain

tapi nyalang matamu selalu mengeja semacam tanda

; kau belum cukup bahagia


Ah, kebahagiaan seperti apa?

Aku telah menjadi Canina

yang menganggap tragedi hidup

cukup untuk membuat tergelak hingga senja kala usia


Jangan tiba lama-lama

sebelum aku mendadak terisak

oleh cinta, segala mula sajak


Aku curiga, surat yang tempo hari

kutitipkan pada embus angin sebagai tengara

seorang bocah yang tak paham arah menuju tiada

tak pernah kau terima


Padahal telah kurangkai selamat tinggal

kepada sepasang kupu-kupu

kepada bulan di ujung malam

kepada aku


Meski Subagio pun bilang,

tak ada yang akan hilang dari perpisahan

semua pulih

kalau mau, orang-orang cuma perlu berpura bersedih


Jangan biarkan genggam lembut jari kekasih

menarik seluruh tubuhku

dari tepi tebing masa lalu


Apa lagi yang menghalang

bukankah jarak kita hanya serentang

ruang setelah titik

yang menjerat dua kalimat?


Di sini kini telah kuasingkan diri

jauh dari gemuruh-gemuruh

juga dari mimpi seorang penyair

yang pura-pura bersitahan mencintai takdir


Jangan antar kembali ingatan

sebuah kenangan yang ingin kukekalkan

menjebak lebih lama dan aku tertahan


Tahun-tahun yang tak akan kualami

biarlah jadi beberapa baris puisi

yang terbakar sesaat sebelum kata pertama

sempat dibaca



Bandung, 18-03-2022

Angga



Comments


Logo Invert.png

Suaka Sastra

  • Instagram

Antinovel merupakan rak paling ujung bagi sekumpulan catatan kolase cemas yang ditulis menjelang maut. Di situs ini, secara spesifik Antinovel – sebagai media amatiran – berupaya menyalin peristiwa-peristiwa (sebagai) sastra.

© 2023 by The Artifact.

Proudly created with Wix.com

bottom of page