Panggil aku Kartini
Namaku Raden Ajeng Kartini
Panggil saja aku Kartini
Aku terperangkap dalam hutan revolusi
Di mana bayangan pendidikan dan kebebasan luput untuk dikenali
Aku memang wanita, lalu mengapa?
Mengapa harus berkurung dalam rumah hanya untuk menunggu suntingan pria yang sudah berkeluarga?
Mengapa harus berdiam diri menikmati kebodohan yang bercokol di dalam logika?
Mengapa harus patuh terhadap beban yang bersemayam di jiwa maupun raga?
Wanita dikekang
Wanita dilarang
Wanita terbuang
Wanita terbelakang
Aku memang wanita, bukan hewan pelihara
Aku memang wanita, bukan balita yang buta bahaya
Aku memang wanita, bukan barang tak berguna
Kami wanita, jangan rendahkan derajat kami daripada kalian kaum pria
Tangis membanjiri pipi
Aku geram dengan adat dan budaya berpilih kasih
Tak ada satu pun peduli
Ialah hak-hak wanita yang dibatasi
Namaku Raden Ajeng Kartini
Pelopor emansipasi
Penolak diskriminasi
Panggil saja aku Kartini.
Dalam Dekap Semesta
Mari, nak.
Berbaringlah di pangkuanku
Akan kuceritakan kisah apa pun
Atau tumpahkan saja keluh-kesahmu
Aku kan menjadi segalanya bagimu
Penghibur dalam sedihmu
Harapan dalam penderitaanmu
Kekuatan untuk lemahmu
Dan pulang untuk pergimu
Semesta tahu bahwa matahari
Tak pernah pergi pada malam hari
Sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak
Semesta tahu bahwa bumi
Adalah ibu dari pepohonan yang bernafas
Lalu bunga menjadi ibu yang baik
Bagi buah-buahan
Dan semesta juga tahu
Aku akan selalu mencintaimu
Meski nanti aku tiada lagi bersamamu.
2018
Comments