top of page

Puisi-puisi Mawangi Dewi


© Drawcee

Panggil aku Kartini


Namaku Raden Ajeng Kartini

Panggil saja aku Kartini

Aku terperangkap dalam hutan revolusi

Di mana bayangan pendidikan dan kebebasan luput untuk dikenali


Aku memang wanita, lalu mengapa?

Mengapa harus berkurung dalam rumah hanya untuk menunggu suntingan pria yang sudah berkeluarga?

Mengapa harus berdiam diri menikmati kebodohan yang bercokol di dalam logika?

Mengapa harus patuh terhadap beban yang bersemayam di jiwa maupun raga?


Wanita dikekang

Wanita dilarang

Wanita terbuang

Wanita terbelakang


Aku memang wanita, bukan hewan pelihara

Aku memang wanita, bukan balita yang buta bahaya

Aku memang wanita, bukan barang tak berguna

Kami wanita, jangan rendahkan derajat kami daripada kalian kaum pria


Tangis membanjiri pipi

Aku geram dengan adat dan budaya berpilih kasih

Tak ada satu pun peduli

Ialah hak-hak wanita yang dibatasi


Namaku Raden Ajeng Kartini

Pelopor emansipasi

Penolak diskriminasi

Panggil saja aku Kartini.



Dalam Dekap Semesta


Mari, nak.

Berbaringlah di pangkuanku

Akan kuceritakan kisah apa pun

Atau tumpahkan saja keluh-kesahmu


Aku kan menjadi segalanya bagimu

Penghibur dalam sedihmu

Harapan dalam penderitaanmu

Kekuatan untuk lemahmu

Dan pulang untuk pergimu


Semesta tahu bahwa matahari

Tak pernah pergi pada malam hari

Sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak


Semesta tahu bahwa bumi

Adalah ibu dari pepohonan yang bernafas

Lalu bunga menjadi ibu yang baik

Bagi buah-buahan


Dan semesta juga tahu

Aku akan selalu mencintaimu

Meski nanti aku tiada lagi bersamamu.


2018


Comments


Logo Invert.png

Suaka Sastra

  • Instagram

Antinovel merupakan rak paling ujung bagi sekumpulan catatan kolase cemas yang ditulis menjelang maut. Di situs ini, secara spesifik Antinovel – sebagai media amatiran – berupaya menyalin peristiwa-peristiwa (sebagai) sastra.

© 2023 by The Artifact.

Proudly created with Wix.com

bottom of page