Tapi jauh sebelum orang-orang mengamini sabda Chairil bahwa hidup hanya soal menunda kekalahan, manusia bebas memilih cara bertahan – kami memilih puisi sebagai upaya meredakan menit-menit yang sakit di bawah teduh kekata; sebagai upaya menciptakan ruang untuk merenungkan laku batin dan pikiran.
***
Dalam seutuh zine yang ditujukan untuk “menjeda waktu” ini, kami menghadirkan sebuah reminisensi bagi 120 tahun Wiranta, sastrawan cum pengantin pertama di kamp Boven Digul. Ada pembicaraan tentang Apio Ludd dan dua esainya, kemudian babibu soal bahasa dan pengalaman puitik, beberapa puisi, serta satu peristiwa yang dipotret dalam format teks.
Sila unduh. Gratis seperti kasih sayang.
Comments